Senin, 19 Juni 2017

Satanic Finance



Satanic Finance
            Semua terjadi pada saat krisis ekonomi pada tahun 1997, yang menyapu hampir semua kawasan Asia Tenggara. Hal ini dimulai dari melemahnya mata uang Bath Thailand terhadap dolar AS, yang kemudian seperti badai yang merambat keberbagai negara-negara lain termasuk Indonesia. Karena hal ini, banyak orang, perusahaan bahkan negara yang memiliki utang yang menumpuk karena mata uang domestik terdepresiasi terhadap mata uang asing. Hal itu menyebabkan yang kemarin sudah kaya tiba-tiba jatuh miskin dan yang kemarin sudah miskin malah lebih miskin. Banyak orang yang tiba-tiba menganggur karena terkena dampak rasionalisme. Hidup menjadi tambah sulit. Tanggapan dari berbagai ekonom pun bermunculan, ada yang berpendapat bahwa perkembangan ekonomi yang sudah diraih oleh macan-macan Asia itu hanya perkembangan semu karena pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak ditopang dengan fundamental ekonomi yang kuat. Seperti yang ditunjukan oleh ekspor yang didominasi pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi atau setengan jadi dengan nilai rendah yang bersumber dari memeras keringat (Perspiring). Bukan ditarik oleh ekspor yang mempunyai nilai tambah (Inspiring). Namun faktanya, ekonomi indonesia yang semula diprediksi lebih memiliki fundamental ekonomi yang kuat, kenyataannya rupiah yang paling babak belur diantara mata uang kawasan yang terdepresiasi. Sementara itu, Tiga pilar yang paling mendasar serta menjadi jurus utama para setan dalam menghancurkan sistem perekonomian adalah fiat money, fractional reserve requirement dan interest yaitu uang kertas, cadangan minimum, serta bunga (riba). Hal inilah yang dapat membangkitkan kehancuran ekonomi apabila terus diterapkan dalam sistem perekonomian.
Selain itu, dalam buku ini menceritakan tentang kisah 2 orang asing yang datang kesuatu negeri dimana penduduknya yang sangat makmur dan damai. Tolong menolong sudah menjdi budaya di negeri tersebut. Mereka menawarkan mesin pencetak uang kertas yang akhirnya membinasakaan negeri tersebut. Hal itu terjadi karena pada awalnya, mereka ingin mencetak uang kertas dengan iming-iming untuk menciptakan alat tukar yang lebih praktis. Masyarakatpun meyakininya dengan menukarkan emas meraka dengan uang kertas yang sebenarnya tidak bernilai namun hanya memiliki pengakuan di negeri tersebut. Permasalahannya muncul ketika 2 orang ini mulai dirasuki setan dengan keserakahan, bahwa masyarakat yang menukar kembali uang-uang itu dengan emas mereka hanya sebesar 10% akhirnya mereka mencetak lebih banyak uang kertas yang sebenernya tidak memiliki bekup emas dan diedarkan kepada masyarakat dengan cara memberi pinjaman dan juga harus dibayar melebihi hutang yang diambil atau bunga. Sehingga peredaran uang dimasyarakat meningkat dan terjadilah inflasi, yang menyebabkan harga barang dan jasa naik. Orang-orang yang meminjam uang ke Bank tidak sanggup untuk membayarnya padahal mereka sudah bekerja keras. Maka ini lah saat-saat krisis dalam ekonomi, dimana orang-orang menjadi miskin akibat harta mereka yang disita oleh bank karena tidak mampu membayar hutangnya. Rasa tolong menolong yang dulu telah menjadi budaya hilang seketika karena mereka disibukan dengan hutang dan masalah masing-masing yang tak kunjung usai dan pada akhirnya mereka menjadi masyarakat yang individualis dan egois. Ini lah analogi dari Tiga Pilar yang digunakan setan untuk menghancurkan sistem perekonomian.
Setelah adanya tiga pilar setan tersebut banyak bermunculan istilah baru yaitu adanya hutang, pinjaman, dll. Salah satu solusi untuk mendobrak sistem perekonomiaan kapitalis menjadi sistem perekonomian syariah sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah. Usaha yang lain adalah dengan menggunakan kembali koin emas atau dinnar dirham yang nilainya selalu stabil dari zaman ke zaman untuk menggantikan kertas-kertas tak berharga. Emas dan perak sangat stabil sepanjang sejarah dan sangat kuat sehingga hampir tidak terjadi inflasi. Penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang akan merusak Three Pillars of Evil.